Minggu, 22 April 2012

Idealisme Keindahan Moral Pada Generasi Muda

Idealisme keindahan moral pada generasi muda bisa kita artikan adalah sebagai cara atau patokan idealnya moral suatu pemuda dalam kehidupannya, disini saya akan mengangkat tema moralnya yaitu kejujuran
 
Ya kejujuran adalah sikap yang antara perbuatan atau kejadian yang ada sesuai dengan yang dibicarakannya tidak ada ditambahkan  maupun dikurangi, jujur ini merupakan elemen yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap pribadi masing masing terutama pemuda, karena jika terbiasa jujur dari muda insyaALLAH kedepannya akan lebih baik.

Moral jujur sekarang sudah mulai pupus dari pribadi setiap pemuda, sekarang mencari orang yang jujur bak mencari jarum dalam jerami, ya sangat susah. Kita lihat saja fakta yang terjadi di kehidupan kita banyak sekali pemuda yang tak berkata jujur terhadap orang tuanya, temannya, sahabatnya saudara , guru , dosen bahkan pada dirinya sendiri pun tak jujur. Bahkan sekarang banyak sekali pejabat pejabat / petinggi kita tidak jujur / amanah terhadap tugasnya, itu diakibatkan mereka tidak ditanamkan pondasi yang kuat terhadap moral kejujuran.

Dan pasti dalam setiap agama, pasti ada nilai kejujuran yang dijunjung tinggi, karena inilah dasar kehidupan kita, seseorang akan berhasil dan dipercaya orang karena dimulai dari kejujuran.  Jadi mulailah dari diri kita tanamkan moral kejujuran , karena jika diri kita memulai untuk berkata jujur pasti  lingkungan  atau bangsa kita akan menjadi bangsa yang kita idamkan

Senin, 09 April 2012

Obat Penyakit Hati Menurut Agama Masing-Masing

Kalau bicara soal penyakit, pastilah semua ada penyebabnya, dari mulai terjangkit virus, tertular dari si penderita atau kurangnya menjaga kesehatan. Dan intinya itu semua berasal dari dunia luar. Namun ada satu jenis penyakit yang hampir pasti dimiliki setiap individu di seluruh dunia ini. Penyakit yang dimana sumbernya berasal dari diri sendiri dan cara menyembuhkannya terbilang unik, bukan dengan obat herbal ataupun ramuan - ramuan atau obat - obatan mujarab melainkan dari diri sendiri dan ketaqwaan kepada sang pencipta. Karena penyakit yang satu ini bukan berasal dari virus ataupun bakteri hidup, melainkan penyakit ini dinamakan 'penyakit hati'. Dalam arti jiwa yang terjangkit penyakit tersebut. Efek jika terjangkit penyakit ini bukan lah sakit pada beberapa anggota tubuh, namun bisa berakibat bertambahnya 'dosa'. Karena jika seseorang telah terjangkit penyakit ini, urusannya bukan hanya kepada sesama manusia tapi bisa langsung ke Sang Pencipta.
     Contoh yang akan dijelaskan adalah penyakit serakah. Orang yang selalu merasa berkurangan padahal nyatanya sudah berkelebihan, biasa disebut dengan istilah serakah atau tamak. Orang serakah biasanya menginginkan agar dirinya memiliki sesuatu paling banyak. Keinginannya itu tidak pernah berhenti. Apa yang sudah dimiliki, sekalipun sudah terlalu banyak, masih selalu dirasa kurang, dan karena itu masih ingin berusaha menambahnya.
     Sekalipun kekayaannya sudah sedemikian besar, orang masih saja berusaha menambahnya lagi dengan berbagai usaha, misalnya berternak berbagai jenis binatang, ada sapi, kerbau, kambing, kucing, anjing, dan bahkan ular dipelihara. Dengan begitu, ia bangga atas kepemilikannya itu. Padahal apakah semua kekayaannya itu akan dikunsumsi?. Jawabnya, tentui saja tidak. Bagi mereka yang penting adalah berhasil merasa memiliki sebanyak - banyaknya. Itulah yang disebut sebagai orang serakah atau tamak.
     Kadang sedemikian banyak jumlah kekayaan seseorang, yang jika dibanding dengan kebutuhannya sudah jauh berlebihan. Akan tetapi, kekayaan itu untuk memenuhi keinginannya. Apa yang diinginkan masih jauh lebih banyak dari yang dimiliki. Sekalipun hartanya sudah banyak, dirasa masih kurang banyak lagi. Lagi-lagi, itu terjadi karena sifat serakah yang ada padanya.
     Gambaran seperti itu menunjukkan bahwa keinginan memang tidak ada batasnya. Jika nafsu itu tidak bisa dikendalikan, maka berapapun harta yang ada, tidak akan mencukupi. Sifat itu tidak saja menjadikan yang bersangkutan menderita, tetapi juga berakibat buruk terhadap orang lain. Perluasan usahanya itu, tidak jarang berakibat mempersempit dan bahkan mematikan usaha orang. Ekonomi orang kecil menjadi mati dan atau setidak-tidaknya sulit dan kalah bersaing.
     Islam mengingatkan, jangan menjadi orang serakah atau tamak. Terlalu mencintai harta disebut sebagai hubbul mal, dan hal itu adalah termasuk bagian dari akhlak buruk yang seharusnya dijauhi. Seseorang boleh-boleh saja mencari rizki, tetapi usaha itu tidak selayaknya dilakukan hingga keterlaluan, sampai pantas disebut sebagai orang serakah atau tamak, sehingga berakibat lupa mengingat Allah.
      Orang serakah atau tamak membahayakan orang lain. Negeri yang kaya sumber alam sekalipun, seperti negeri kita ini, ternyata rakyatnya masih banyak yang miskin, hanya karena disebabkan oleh banyaknya orang serakah atau tamak itu. Mereka terlalu mencintai harta, dan selalu berusaha memenuhi keinginannya, tanpa peduli dengan sesamanya yang miskin. Maka dari itu sifat serakah atau tamak harus dijauhi dari diri masing-masing.

Sabtu, 07 April 2012

HUKUM DI NEGERI INDONESIA


Dapat kita lihat seperti gambar diatas, merupakan cermin hukum di Indonesia saat ini. Banyak kasus-kasus yang tak terpecahkan, banyak pula rakyat yang meronta pada pemimpinnya. Dimana keadilan? Dimana janji-janji? Yang ada hanya KORUPSI.

Korupsi di negeri ini seperti tumor atau penyakit yang akut meradang, dan menyerupai sebatang pohon yang tumbuh membesar dengan ranting-rantingnya yang menjulur ke langit serta akar yang kokoh mencengkram tanah. Bahkan kotoran itu menyerupai semacam trend yang patut mendapat acungan jempol dan rating bintang. Kita tidak lagi merasa asing ataupun aneh dan mungkin bersikap apatis dengan berita-berita serta perbincangan di berbagai media yang mengupas kasus korupsi di negeri ini yang tidak ada habisnya. Tapi pelaku korupsi yang disebut biang maling (koruptor) yang telah meludahi dan mencoreng aib, bahkan sebenarnya telah mengkhianati negeri ini; bisa begitu nyaman melenggang dan berongkang kaki dengan berbagai fasilitas serta keistimewaan laiknya seorang yang berprestasi dan berjasa untuk kemajuan negeri ini. Di mana letak harga diri dan rasa malu bangsa ini? Atau memang bangsa ini sudah tidak memiliki wajah? Lalu apa gunanya hukum dan perundang-undangan jika itu sekedar catatan yang dipahami cuma untuk ketololan? Akankah keadilan itu menjadi diksi yang tertidur dan mengigau dalam lipatan selimut? Dan apa sebenarnya yang kita perjuangkan untuk bangsa ini setelah diwarisi kata merdeka? Lemahnya hukum yang ditunjang dengan lemahnya mental, akhlak, serta pola pikir pelaku hukum terhadap pelaku korupsi di negeri ini adalah gambaran kebobrokan dan menjadi faktor utama dari kemandulan dan kegagalan hukum di negeri ini dalam menyikapi kasus korupsi. Keberadaan KPK (komisi pemberantasan korupsi) sebagai instansi yang menangani kasus korupsi di negeri ini, hanya akan menjadi sebuah wacana atau retorika kosong yang tidak akan berdampak apapun dalam menjalankan tugas dan wewenangnya jika tidak adanya ketegasan dari hukum dan semua elemen pendukungnya (pelaku hukum). Dan sudah sepatutnya hukuman mati diberlakukan bagi pelaku korupsi atau koruptor sebagai bentuk ketegasan hukum dan pelaku hukum di negeri ini.
Penegakan supremasi hukum negeri ini menganut filosofi belati, sebuah bilah besi tipis dan tajam yang bertangkai sebagai alat pengiris dan banyak macam dan namanya (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2003). Hukum memang tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.

3 biji kakao mendekam dalam jeruji, korupsi milyaran bebas melenggang ke luar negeri, Inilah ironi negeri ini.

Bicara soal pemberantasan korupsi, tapi nyata-nyata korupsi masih tumbuh subur. Ngomong komitmen dalam penegakan supremasi hukum malah inkonsisten terhadapnya.

Hukum di Indonesia jelas-jelas menganut filosofi belati, tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Jika sudah seperti ini, mari tunggu kehancuran negeri.